Minggu, 24 Oktober 2010

Dalam hadits yang menceritakan kisah Dhaman bin Tsa’labah masuk Islam [1] disebutkan bahwa di antara manfaatnya adalah:
1. Salju turun di puncaknya yang kemudian menghasilkan air minuman bagi manusia setelah melalui proses. Salju itu sengaja dikumpulkan di puncak gunung agar mencair sedikit demi sedikit lalu mengalirlah dari situ air yang deras, sungai-sungai dan lembah-lembah. Sehingga menumbuhkan berbagai jenis tanaman, buah-buahan dan obat-obatan di saluran-saluran air, jurang-jurang dan lembah. Hal semacam itu tidak mungkin terjadi di tanah datar atau padang pasir. Kalaulah bukan karena gunung tentunya salju itu akan langsung turun ke permukaan bumi dan akan langsung mencair sehingga sekaligus maka akan menyebabkan banjir yang dapat merusak apa saja yang dilaluinya. Akibatnya manusia akan mengalami kerugian besar yang tidak mungkin tertutupi dan tidak mungkin tertolak.

2. Gua-gua dan lubang-lubang tempat berlindung yang terdapat di puncak gunung atau di lerengnya laksana benteng tempat berlindung manusia dan hewan.
3. Berbagai jenis bebatuannya yang dapat dipakai untuk membuat bangunan.
4. Berbagai jenis barang tambang yang terdapat di dalamnya, seperti emas, perak, tembaga, besi, timah, zabarjad (batu permata), dan zamrud. Serta masih banyak lagi barang tambang lainnya yang tidak mungkin diketahui secara terperinci oleh manusia. Bahkan terdapat pula barang tambang yang jumlahnya sedikit namun harga dan manfaatnya lebih mahal berlipat ganda daripada harga emas.
5. Gunung dapat menghalau hembusan angin kencang dan menghambat kecepatannya sehingga tidak menghancurkan apa-apa yang ada di bawahnya. Oleh sebab itulah orang-orang yang tinggal di bawahnya terhindar dari serangan angin kencang yang sangat membahayakan.
6. Gunung juga dapat menghalau banjir jika air bah melaluinya dan memalingkannya ke kanan atau ke kiri. Sekiranya gunung tidak ada tentu air bah akan menghancurkan apa saja yang berada di jalur yang dilaluinya. Maka dalam hal ini gunung berfungsi sebagai benteng dan bendungan.
7. Gunung adalah tanda yang dapat dipakai sebagai petunjuk dalam perjalanan, ibarat kompas yang terpancang yang menunjukkan arah jalan. Oleh karena itu Allah menyebutkan sebagai tanda. Allah berfirman:
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah kapal-kapal (yang berlayar) di laut seperti gunung-gunung.” (Asy-Syura: 32)
Al-Jawaar adalah kapal-kapal dan al-a’laam adalah gunung-gunung, bentuk tunggalnya adalah ‘alam.
8. Tumbuhnya berbagai jenis tanaman dan obat-obatan yang tidak mungkin tumbuh di tanah datar atau di padang pasir. Demikian pula sebaliknya ada beberapa tanaman yang tumbuh di tanah datar dan padang pasir yang tidak tumbuh di gunung. Ada manfaat dan hikmah di balik semua itu yang hanya diketahui oleh Yang Maha Mencipta dan Maha Mengetahui.
9. Gunung dapat digunakan sebagai tempat berlindung dari musuh. Hamba-hamba Allah dapat berlindung di gunung dari serbuan musuh-musuh mereka sebagaimana halnya mereka berlindung diri dalam benteng. Bahkan gunung lebih kokoh dan lebih kuat daripada kebanyakan benteng-benteng yang ada.
10. Yang telah disebutkan oleh Allah dalam kitab-Nya, yaitu Allah jadikan gunung sebagai pasak-pasak untuk mengokohkannya dan sebagai tonggak yang sama fungsinya dengan tonggak kapal. Sungguh besar dan agung manfaat dan hikmahnya.
Jika engkau perhatikan bentuknya yang sangat menakjubkan sungguh sangat sesuai dengan fungsinya. Sekiranya bentuknya terjal seperti tembok tentu susah untuk didaki dan sulit untuk mengambil manfaat darinya. Dan juga akan menghalangi sinar matahari dan udara sampai kepada manusia. Tentu saja mereka tidak akan dapat mengambil manfaat darinya. Jika gunung itu dibentangkan di atas permukaan bumi tentu akan membuat sempit lahan pertanian dan tempat tinggal manusia. Dan tentunya tanah datar akan tertutupi olehnya. Di samping itu fungsinya sebagai benteng, tempat berlindung dan bendungan tidak lagi terwujud. Dan tentu saja tidak bisa melindungi manusia dari terpaan angin kencang. Juga tidak bisa melindungi mereka dari serangan air bah. Sekiranya gunung dibuat bulat seperti bola tentu saja tidak akan dapat didaki dan tidak dapat mengambil manfaat darinya. Maka bentuk yang paling ideal, paling layak dan paling sesuai dengan manfaatnya adalah bentuk yang telah diciptakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah telah mengajak kita agar memperhatikan dan merenungi kaifiyat penciptaan gunung. Allah berfirman:
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan, dan langit, bagaimana ia ditinggikan dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan.” (Al-Ghasyiyah: 17-19)
Penciptaan gunung dan hikmahnya merupakan bukti yang sangat besar atas kekuasaan pencipta dan pembuatnya, ketinggian ilmu, hikmah sekaligus bukti atas kemahaesaan-Nya. Di samping itu gunung juga bertasbih dan bertahmid memuji-Nya, tunduk dan sujud kepada-Nya semata-mata karena takut kepada-Nya. Kendati sedemikian kokoh dan besar, gunung takut kepada Rabbnya, pencipta dan pembuatnya ketika ditawarkan amanat kepadanya. Gunung khawatir mengkhianati amanat tersebut, termasuk di antaranya gunung tempat Allah berbicara dengan Nabi Musa ‘alaihi salam, hamba yang dikasihi dan diselamatkan oleh Allah. Termasuk juga gunung yang di mana Allah menampakkan diri-Nya kepadanya lalu gunung itu bergoyang dan berguncang keras. Termasuk juga gunung yang Allah buat Rasul-Nya serta sahabat-sahabat beliau mencintainya dan dicintai oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan sahabat-sahabat beliau, yakni gunung Uhud. Termasuk juga dua gunung yang Allah jadikan sebagai tempat berlindung bagi Nabi-Nya dan Allah jadikan Shafa di salah satu kakinya dan Marwah pada kakinya yang lain (yakni bukit Shafa dan Marwah -pent). Dan Allah mensyariatkan kepada para hamba-Nya untuk melakukan sa’i di antara keduanya. Dan Allah masukkan dalam rangkaian manasik haji dan ibadah. Termasuk juga bukit rahmah yang dipancangkan di padang Arafah. Ya Allah, berapa banyak dosa yang telah diampuni, perkataan keliru dan kesalahan yang dimaafkan, hajat dan kebutuhan yang telah ditunaikan, musibah dan kesempitan yang telah dilapangkan, bala yang telah diangkat, nikmat yang telah dicurahkan, kebahagiaan yang telah diberikan dan kerugian yang telah dihapus di bukit ini!
Bagaimana tidak, itulah bukit yang dikhususkan sebagai tempat berkumpul para jama’ah haji dan tempat menerima tamu-tamu Allah yang mulia yang datang dari segala penjuru dunia dalam keadaan rambut acak-acakan, berdebu tanpa alas kepala, mereka meminta hajat mereka kepada-Nya. Kemudian Allah mendekat kepada mereka dan membanggakan mereka di hadapan malaikat-Nya. Di bukit itulah Allah menurunkan rahmah-Nya dan mengampuni kesalahan dan dosa besar.
Termasuk juga gunung Hiraa’ tempat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengasingkan diri sampai kemudian Allah memuliakan beliau dengan menurunkan risalah-Nya kepada beliau. Saat itu beliau berada dalam gua di atas puncak gunung yang memancarkan cahaya ke seluruh alam semesta. Sungguh gunung yang sangat agung kedudukannya di dunia.
Maha suci Allah yang telah mengkhususkan siapa saja yang
dikehendaki-Nya dari sejumlah gunung dan hamba-Nya dengan rahmat dan berkah-Nya. Di antara gunung itu ada yang Allah jadikan sebagai magnet kalbu, hati akan selalu merindukannya bila engkau menyebut namanya. Sebagaimana Allah mengistimewakan sebagian hamba-Nya dengan kemuliaan dan menyempurnakan nikmat atasnya. Dan Allah meletakkan rasa cinta kepadanya dan mencintainya, membuat para malaikat dan hamba-hamba mukmin mencintainya serta membuatnya diterima di atas muka bumi.
Jika engkau perhatikan sebidang tanah
Pasti engkau dapati untung ruginya
Seperti manusia yang terkadang ditimpa kerugian
Dan terkadang mendapat kebahagian
Meski demikian, hendaklah engkau ketahui bahwa pada hari yang telah dijanjikan nanti gunung akan dihancurkan sehancur-hancurnya hingga seperti bulu yang berhamburan karena hebat dan dahsyatnya hari itu. Gunung sungguh takut terhadap hari yang telah dijanjikan itu yang selalu ditunggu-tunggu. Itulah keadaan gunung yang merupakan bebatuan yang keras, namun begitulah kelembutan dan rasa takutnya, ia bergetar karena rasa takut dan tunduknya kepada Allah.
Allah telah mengabarkan tentang gunung bahwa sekiranya diturunkan kepadanya Kalamullah niscaya gunung akan tunduk dan terpecah belah karena takut kepada Allah. Sungguh aneh manusia yang terbuat dari sekerat daging namun lebih keras hatinya daripada gunung. Ia mendengar ayat-ayat Allah dibacakan atasnya dan disebutkan asma Allah kepadanya namun tidak sedikitpun hati lembut, khusyuk dan takut kepada Allah. Maka bukanlah suatu hal yang perlu dibantah terhadap Allah dan tidak perlu diperselisihkan jika Allah menciptakan api Neraka untuk melelehkan tubuhnya jika tidak tersentuh dengan Kalam-Nya, dengan mengingat asma-Nya dan dengan ancaman dan peringatan-Nya. Barangsiapa hatinya tidak melunak kepada Allah di dunia ini dan tidak takut kepada-Nya, tidak melebur hatinya untuk mencintai-Nya dan tidak menangis karena takut kepada-Nya, maka hendaklah ia bersenang-senang sementara karena sesungguhnya di hadapannya telah menunggu api yang menyala-nyala yang akan melelehkan tubuhnya. Ia akan dikembalikan kepada Allah yang Maha Mengetahui perkara yang ghaib dan yang nyata, dan ia akan melihat dan mengetahuinya kelak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar